Kamis, 26 Februari 2015
Kawasaki er-6 gagal Cafe Racer Jadi MF
Pertama melihat modif Kawasaki ER-6n motor
ini, banyak yang mengira mengikuti aliran Purwokerto Style alias Street
Fighter yang lebih dikenal dengan Minor Fighter. Tapi, memang pribahasa
mengatakan jangan pernah menghakimi sesuatu kalau belum tahu dan tahu
lebih.
“Tapi, wajar saja orang masih menerka-nerka acuan modifikasi yang diaplikasi di ER-6n ini. Awalnya konsep yang sudah disepakati cafĂ© racer, tapi di tengah jalan konsepnya malah berubah,” ujar Ujang Daelami, modifikator yang nengok dipanggil Uj.
Berubahnya konsep awal yang cafĂ© racer saat prosesi pemotongan sasis belakang sekitar 50 centimeter. Setelah dipotong dan motor dalam keadaan telanjang, sang owner bercetus, “Bodi belakang mending dibikin mirip seperti buntut Ducati Diavel,” kata Adhityo Riestyandi alias Adit yang juga punya Ducati Diavel AMG digarasi rumahnya.
Dengan permintaan seperti itu, Uj manggut-manggut saja. “Sehingga konsep cafĂ© racer berubah ke ubahan dengan tema baby Diavel,” curhat Uj. Ciri khas Diavel terletak di buntut belakang yang pipih nan futuristik dan tangki yang segede gaban tapi proporsional.
Urusan cat, Uj lebih percaya pakai merek Spies Hacker. Warna dipilih abu-abu dop yang lebih dekat ke cokelat. Agar dop masih kentara, soal clear juga masih pakai satu merek.
Motor Ducati yang bergaya Sport Cruiser tentu punya ciri khas lain juga, yaitu profil ban belakang yang extra gambot berukuran 240/45-17. Tapi, agar tarikan mesin ER-6n enggak kedodoran karena hanya memiliki mesin 650 cc, jadi hanya aplikasi pelek 5,5 inci kepunyaan Kawasaki ZX-6 dikombinasi ban belakang 180/55-17.
“Ukuran segitu sudah cukup besar,” papar Uj yang bermarkas di Jail Bodywork Jl. Raya Caman No. 7, Jati Bening, Bekasi Selatan.
Hasil akhirnya memang cukup unik, bisa dibilang tiga aroma acuan modif ada dalam ER-6n kepunyaan Adit ini. Secara total nuansa street fighter didapat dari tampilan buntut buntung dan otot kekar. Sedangkan aroma Diavel terdapat di buntut belakang dan tangki gambot, ditambah kalau dilihat dari samping terlihat seperti café racer. Menurut kalian gimana?
DATA MODIFIKASI
Sokbreker belakang: Showa
Handle rem + kopling: Ducati 848
Tabung rem: Rizoma
Carbon look: Variasi
Handle rem + kopling: Ducati 848
Tabung rem: Rizoma
Carbon look: Variasi
Honda Beat ,Matic Fighter
Memang matic fighter pernah muncul beberapa bulan lalu di Purwokerto. Karena bicara street fighter tak bisa lepas dari kota mendoan itu. Sampe-sampe aliran ini disebut WJS (West Jateng Style), gaya street fighter dari Jawa Tengan bagian barat. Bahkan sampe muncul kaum minor fighter (MF) yang sarangnya di sana.
Virus WJS kini menyebar ke seluruh nusantara. Termasuk Tasikmalaya yang berjarak 180 km dari kota gorengan tempeitu. “Benar bro… Coba aplikasi di matic. Bosan rasanya melihat di motor sport dan bebek melulu,” bilang modifikator kelahiran 1985 ini.
Dimulai dari rangka baru berbahan pipa tertata rapih menopang bodi. Tak bisa dipungkiri frame model Ducati Monster jadi inspirasi. Banyak yang aplikasi tulang-belulang model beginian. Namun yang terap di matic layak dapat aplus.
Pipa model tralis mampu mendongkrak tampang petarung jalanan yang menonjolkan kekarnya otot-otot. Membuat aura kuat street fighter terpancar.
Selain itu dipadu dengan sesuatu yang nyleneh juga. Coba menerapkan gaya sepeda low rider pada sektor kaki depannya. Menggunakan model garpu atau beken disebut capit udang. Kemudian dipadukan dengan monosok.
“Butuh waktu tiga bulan agar kinerja sempurna dan bisa didaptkan keseimbangan sesuai yang diinginkan. Menggunakan pipa yang tebalnya 3 mm untuk menopang sok,” beber modifikator yang pasang piercing pada kedua telinganya itu.
Gabungan konsep street fighter dan low rider pada kuda besi milik sang modifikator ini, merupakan suatu kombinasi yang menarik. Konsepnya menerapkan ubahan yang tergolong tidak biasa. Sesuai dengan pembesut gaya petarung jalanan yang anti kemapanan. Katanya menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya namun tetap funsional dan mengandung makna estetika.
Aksi sang modifikator berakhir pada laburan warna hitam pada sekujur body dan guyuran merah pada frame. “Pilihan warnanya disesuaikan dengan kesukaanku juga, bro,” tutup punggawa Street Custom Modification (SCM) ini.
Satu lagi filosofi yang ditunjukkan oleh Tommy. Berusaha menyelami aliran yang diaplikasi di motornya. Bukan hanya konstruksi belulang, suspensi dan kelir bodi juga dibuat sesuai tema awal.
Aliran street fighter memancarkan sesuatu yang seram. Dipilih kelir hitam untuk bodi untuk menguatkan aliran gaya petarung jalanan itu.
Hitam juga identik dengan low rider atau hot rod. Biasanya dipadukan dengan blink-blink seperti biasa dipakai kaum kulit hitam di mobil sedan hot rod.
Termasuk merah menyala. Ini biasa dipakai penyuka aliran hot rod di mobil. Jadinya memancarkan kelir yang kontras antara hitam dan merah itu.
DATA MODIFIKASI
Ban depan: Swallow 120/60-14
Ban belakang: Swallow 140/60-14
Sok depan: Jupiter MX
Sok belakang: Suzuki Satria
Stang : Custom
Honda Tiger Khusus FighterDAY
Karena alasan itu, Ginting pemilik Honda Tiger sudah menyiapkan tunggangannya lebih awal. Apalagi sebagai kaum Minor Fighter sejati yang berbasis di Pondok Kelapa, Jakarta Timur, momen ini tidak akan disia-siakannya.
“Untuk hadir di acara akbar itu, tampilan motor enggak boleh biasa-biasa saja. Kayak gak serius nanti dilihatnya. Oleh sebab itu, tampang Tiger 2001 saya maksimalkan,” ujar Ginting yang sudah nggak tahan mau cepat ke lokasi.
Dibantu Udin, modifikator ‘Bondus Bikes’ yang berlokasi di Jl. Letkol. Sugiono, Pondok Bambu, Jakarta Timur. Ginting mempercayakan sepenuhnya kepada Udin, mantan anak buah Agus DJ punggawa X-K Bike Design from Purwokerto yang kini buka di Jakarta. Agus DJ adalah pendiri Minor Fighter.
Keinginan Ginting memaksmilkan ubahan motornya beralasan. Itu karena basic Honda Tiger yang awalnya sudah dimodifikasi dirasa kurang maksimal dan konsepnya masih jauh dari harapan. Padahal, kaki depan-belakang sudah mengacu tunggangan khas Minor Fighter.
Terlihat pada pemasangan sok depan upside down Suzuki GSX400 yang mantap menopang sasis. Peredam kejut ini pun dipermanis penerapan setang baplang juga batok lampu minimalis khas moge naked bike. Adapun kaki belakang, pakai swing arm Kawasaki ZX7 model lawas yang model link armnya sistem unitrack.
“Lalu baik sok depan maupun belakang, biar pas diisi pelek lebar Honda CBR Fireblade 929, sudah termasuk cakram depan-belakang,” imbuh Udin yang menggarap motor Ginting.
Lalu potongan rangka belakang dikondom bahan serat fiber biar kelihatan apik. Begitu juga deltabox bikinan yang dipasang pada bagian bawah tangki model futursitik dan juga dibuat dari serat fiber. Dibilang fituristik karena bentuk tangki seirama dengan bentuk meruncing dari airscoop.
“Selain airscoop, engine guard ikut dibikin meruncing. Desain ini mengikuti bentuk tangki motor yang secara konsep, juga sudah sesuai dengan tongkrongan Minor Fighter yang secara konsep memang sudah lama dikenal,” ingat Udin.
Kalau sudah begono, bisa jumpa banyak kawan di Minor Fighter ya. Keep safely dan salam hangat.
DATA MODIFIKASI
Ban : Pirelli dan Michelin
Grip stang : Variasi
Knalpot : Custom
Mesin : Harry Motor
Pengecatan : Eka Custom Paint
Modif Dua Merk,Satu Aliran
Perbedaan merek dua pabrikan motor, bukan menjadi halangan untuk menyamakan aliran modifikasi. Adalah Fery Mauludin pembesut Honda Mega Pro dan Irfan Bondus yang punya Yamaha Scorpio Z membangun motor jadi keluarga Minor Fighter. Acuan modifikasinya sudah tentu street fighter.Kalo sudah sehati tinggal realisasi. Kedua sahabat ini, mempercayakan rebuild ke Dien’s Bike, yang ngendon di Jl. Kolonel Sugino No. 24, Pondok Bambu, Jakarta Timur. Dien’s Bike memang tergolong produktif urusan modifikasi.
Untuk meredam getaran akibat jalan raya Indonesia yang kurang bersahabat, keduanya kompak aplikasi sok model upside down di haluan depan. Namun untuk pemilihan merek, mereka ogah sama. Scorpio Irfan, mengusung copotan satu atap alias sepabrik, doi pakai sok Yamaha R1. Sedangkan di Mega Pro Fery sedikit selingkuh dengan pabrikan lain, adopsi Suzuki GSX-R 400.
“Pemasangan kedua sok upside down ini, tinggal penyesuaian di bagian as komstir. Seperti di motor Scorpio, as komstir kepunyaan Yamaha R1 harus dikecilkan dulu agar bisa dipasang di lubang komstir Scorpio,” jelas Hanas Choerudin yang biasa dipanggil Udin sang modifikator.
Yang dimaksud full frame custom yaitu semua frame atau sasis motor dibuat ulang. Untuk modifikasi full frame custom dilakukan di Scorpio biru buntung.
Dari 50% frame custom yaitu sasis original yang diambil hanya centerbone saja. Sedangkan backbone dipotong dan digantikan dengan rangka baru yang juga berbahan seamless. “Ukuran diameter pipa seamless yang digunakan antara 1, 1,5 dan ¾ inci.
“Ubahan ini bukan karena beda pendapat. Tapi, karena keadaan rangka Scorpio, ketika mengalami penggantian mono arm, rantai mentok ke sasis dudukan arm. Jalan satu-satunya rangka harus dibuat ulang,” kata Udin.
Sedangkan di Mega Pro masih aman ketika menggunakan arm lebar. Karena tipe sasis yang mono tube. Bayangkan gir depan saja tergeser hingga 6 cm dari standarnya. “Tapi karena inilah full frame custom jadi sebuah virus yang merambah di MF Simpul Jakarta,” seru Udin.
Modifikasi aliran boleh sama, namun selera keduanya jangan sampe disamakan. Nanti malah jadi motor kembaran, kan malah monoton. Buat memperkuat aura street fighter, harus mengalami banyak ubahan. Seperti penggantian swing arm. Biar membumi, Fery lebih memilih lengan ayun seperti kabanyakan yang masih double arm, aplikasi dari Honda CBR 1100 XX. Dipadukan pelek lebar Kawasaki ZX-7R dan ban gembot kepunyaan Michelin.
Sedangkan Irfan adopsi mono arm kepunyaan motor asal Inggris yang berngaran Triumph Daytona, satu set dengan pelek belakang. Tapi, pelek depan doi malah aplikasi kepunyaan Yamaha R1. “Biar lebih keren dibanding yang lain, dan bikin virus baru di kalangan keluarga Minor Fighter,” seru Irfan yang bukan Irfan Bachdim.
“Penyesuaian sudah pasti dibagian dudukan lengan ayun, semua swing arm disesuaikan ke rangka saja. Karena ukuran swing arm yang lebar otomatis, gir belakang harus ngikutin dan solusinya 6 gir ditumpuk lantas dilas agar garis pertemuan gir depan belakang bisa center,” seru Udin yang bukan Udin Petot. He..he...
Ciri khas dari sononya memang Keluarga Minor Fighter, buntutnya buntung seperti modif di Scorpio biru ini. Tapi, kan yang namanya keluarga bebas saja untuk memilih buntut model buntung atau berekor. “Yang pasti mah single seater deh,” kata Fery yang keluarga Minor Fighter Simpul Jakarta ini.
Pemanjangan buntut alias ekor di Mega Pro ini lewat aplikasi pipa seamless ¾ inci yang dibikin sekitar 50 cm. lanjut dibalut cover berbahan fiber, untuk penutup backbone baru biar lebih tampil ciamik dan rapi yang didesain meruncing kebelakang. Dikombinasi stop lamp LED, biar aman ketika mau berhenti.
Buntut Scorpio dibikin dari pipa besi dengan ukuran sama namun panjangnya hanya dibedakan 20 cm. Sehingga didapat kesan buntung.
Buat mempertegas Keluarga Minor Fighter, Irfan sedikit ngasih tanda di jok yang dibikin buntung dengan patch bertulisan “MINOR FIGHTER-WILD RADICAL RESPECT”. Irfan juga tak lupa untuk memasang stoplamp bernuansa LED. Wih kompak tuh he he.
DATA MODIFIKASI
Honda Mega Pro
Sok belakang: Kawasaki ZX-7R
Knalpot : Custom by Stanlee
Paint work : Danagloss
Pelek : Kawasaki ZX-7R
Yamaha Scorpio Z
Spidometer : Koso RX-1N
Lampu depan : Hella
Sok belakang : Honda CBR 1000R
Knalpot : Custom by IMS Chuenk Footstep : Yamaha R6
Honda Tiger Modif Real Fighter
Anas Choerudin dari Dien’s Bike (DB)
Jakarta, merupakan salah satu builder bergaya street fighter (SF) dengan
ciri khas permainan detail kuat. Seperti dilakukan di Macan Noceng
alias Honda Tiger milik Eko Purwanto yang bekerja di PT Astra Honda
Motor (AHM).
“Akhir tahun ini saya menonjolkan tema tajam dan runcing pada lekuk bodi. Bodi SF yang gendut-gendut saya tinggalkan. Hasilnya ya seperti ini, karakter kuat ditonjolkan dengan bentuk penuh lekuk dan menyiku,” buka Udin, panggilan beken modifikator berambut jabrik ini.
Makanya ubahan bodi jadi super detail. Hitungan, pasti! Pertama hitungan konstruksi bodi. Modifikator ramah ini merangkai pola bodi dengan konsep street fighter ala West Jateng Style alias WJS. Cirinya jok single dengan bentuk bodi minimalis. Namun tidak asal nempel bodi, tapi beberapa bagian item bodi dibuat detail dengan ornamen menarik.
Pengaruh gaya WJS ini merupakan efek dinamis dalam satu wadah. Yaitu DB merupakan salah satu roda penggerak modifikasi bergaya SF di Jakarta dengan latar belakang satu kaum Minor Fighter (MF). Pelopornya tentu saja Agus Djanuar from rumah modifikasi XKBD, Purwokerto. Dulu Udin belajar bermain fiberglass dari Agus DJ. Makanya kental pengaruh WJS.
Olahan sasis, modifikator kucil alias kurus kecil ini cuma memotong 25 cm frame asli belakang. Lantas frame diganti pipa diameter 22,5 mm dengan desain naik. Sebab bagian buntut dibuat nungging sedikit.
"Eko merupakan biker yang suka aksi. Doi cuma pesan bikin bodi simpel dan daily use. Bukan hanya malam minggu dipakai, tapi bisa dipakai harian juga,” cuap Udin dari gerainya di Jl. Kolonel Sugiono No. 24, Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Ciri desain serba sharp nongol pada semua sektor. Bagian awal olahan bodi fokus pada dimensi tangki. Bentuk tangki, Udin hanya mengukur dimensi tempat duduk, dibuat dengan tinggi sekitar 70 cm dari atas tanah. Sesuai dengan tinggi Eko si empu-nya motor.
Terlihat besar memang, namun jika ditengok dari atas baru ketahuan kalau dimensi tangkinya sebenarnya kecil. “Sengaja dibuat pipih pada bagian belakang, agar enak dikempit jika dipakai riding. Terlihat besar sebab saya bikin tanpa shroud atau sayap tangki. Agar tangki terlihat padat,” jelas modifikator yang enggak pernah sepi order ini.
Efek tangki terasa jumbo juga berasal dari bentuk buntut pipih. Ornamen dibuat minimalis dengan lekukan tajam hingga ujungnya. Mantap!
DATA MODIFIKASI
Ban depan: Metzeller 120/60-17
Ban Belakang: Michelin 190/50-17
Swing arm: GSX 600
Sok depan: ZX 750
DB: 0812-2818-8273
Kawasaki Ninja 250 Modif 360 Derajat
Kebanyakan Kawasaki Ninja 250R dimodifikasi
sport full fairing atau klasik sekalian. Berbeda dengan Wildan yang
tidak suka tampilan motor sport. “Supaya menarik mata pengguna jalan
lain, diubah model Minor Fighter (MF),” bilang Wildan from Suroboyo.
Proses perubahan dilakukan KM7 Modified di Jl. Keputih Timur, Surabaya. Dituding sebagai bengkel khusus menangani ubahan tersebut.
Sub frame Ninja 250R diamputasi untuk diganti model nungging. “Menggunakan pipa besi diameter 1,5 cm. Tidak terlalu besar, hanya pakai 2 pipa supaya terlihat lebih kokoh daripada 1 pipa tapi besar,” ungkap Surya Mahardika, bos MF asal Tulunggung itu.
Mengikuti bodi belakang yang ramping, Surya melanjutkan dengan ubahan tangki yang sengaja dibuatkan ulang dari fiberglass. “Diperkecil kapasitas tangki kini jadi 6 liter,” urai pria yang suka film warkop DKI ini.
Setelah tangki selesai, Surya melihat rongga kosong di sisi bawah tangki. Sekalian dibuatkan rangka tubular untuk menutupi kekosongan di bagian tersebut.“Pakai pipa berdiamter 3,8 cm. Dibuat bercabang untuk penahan airscoop yang ada di kanan dan kiri,” imbuh juragan KM7.
MF lebih cocok digabungkan kaki-kaki limbah moge. Mulai dari pelek, monosok, pro arm disumbang Ducati 1098. “Namun mesti menambah besi U untuk mengapit pro arm,” ungkap modifikator muda ini.
Kalau sudah berubah seperti ini dijamin banyak mata yang melirik ya bro.He.. he.. he..
DATA MODIFIKASI
Ban depan : Michelin 190/55-17
Ban belakan : Pirelli Diablo 120/70-17
Knalpot : Ducati Paniagle
Arm : Pro Arm Ducati
KM7 Modified : 0856-4906-9001
Langganan:
Postingan
(
Atom
)